Jalan Halus Menuju Zina yang Dinormalisasi

Zaman sekarang, pacaran udah kayak hal yang biasa. Anak sekolah pacaran, anak kuliahan pacaran, bahkan orang yang kelihatan “alim” pun bisa pacaran diam-diam. Seolah-olah pacaran itu bagian dari proses. Katanya, biar saling kenal dulu sebelum nikah. Tapi, pernah nggak sih kita duduk sebentar, mikir, dan tanya ke hati kita sendiri: “Sebenernya, ini yang aku lakuin diridai Allah nggak, ya?”

Kita sering lupa atau pura-pura nggak mau tahu, kalau dalam Islam nggak ada yang namanya pacaran. Yang ada adalah proses ta’aruf yang menjaga adab, batas, dan kehormatan. Sementara pacaran? Banyak banget hal-hal yang justru menggerus batas-batas itu pelan-pelan.

Pacaran itu ibarat main-main di pinggir jurang. Kelihatannya aman, tapi sekalinya lengah ya kita bisa jatuh. Padahal Allah udah kasih manusia peringatan jelas:

“Janganlah kamu mendekati zina....” (QS. Al-Isra : 32)

Bukan cuma larangan zina, tapi bahkan mendekatinya pun sudah dilarang. Karena zina itu bukan cuma soal fisik--tapi juga dimulai dari mata, kata-kata, dan hati yang terus dibuai perasaan. Dan faktanya yang paling sering dirugikan dalam hubungan tanpa ikatan halal ini adalah perempuan.

Cinta-cintaan yang katanya manis itu sering berujung pahit. Janji-janji yang katanya tulus, ujung-ujungnya hanya jadi alasan untuk menyentuh yang bukan hak. Berapa banyak perempuan yang kehilangan kehormatannya karena dibujuk rayu atas nama cinta? Berapa banyak yang akhirnya menyesal, karena menyerahkan sesuatu yang seharusnya dijaga sampai halal?

Kehormatan perempuan direnggut--bukan selalu dengan paksaan, tapi dengan bujuk rayu yang dibungkus sayang dan perhatian. Dan ketika semuanya hancur, perempuan juga yang paling sering disalahkan. Nama baik rusak, hati hancur, dan luka batin yang nggak gampang sembuh.

Padahal perempuan itu mulia banget dalam Islam. Dijaga, dimuliakan, dilindungi. Tapi sayangnya, banyak yang rela menjatuhkan diri ke pelukan seseorang yang belum halal, dengan alasan “cinta.” Padahal kalau benar cinta, harusnya dijaga, bukan diambil seenaknya.

Pacaran tuh keliatannya manis, tapi manis yang menipu. Bikin baper, bikin sayang, tapi juga bikin kita makin jauh dari Allah. Dan lama-lama, hati jadi hampa. Yang haram akan tetap haram. Walaupun dunia bilang “nggak apa-apa,” kalau Allah bilang “jangan,” ya kita harus percaya--nurut sama Allah. Karena Allah nggak pernah larang sesuatu kecuali karena sayang sama kita, demi kebaikan kita. 

Lebih baik sendiri dalam taat, daripada berdua dalam maksiat. Karena cinta yang halal itu nggak bikin kita takut dosa, justru bikin kita tenang, yakin, dan bahagia karena tahu--Allah ridha.

Jadi untuk seluruh perempuan, 

Jaga dirimu, jaga hatimu, jaga kehormatanmu. Karena yang menjaga karena Allah, pasti Allah jaga.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sama sepertiku, sama sepertimu

Dua Dunia dalam Satu Langit

Tak Perlu Serupa